Kamis, 14 November 2019

Pengujian produk perangkat keras

PENGUJIAN PRODUK PERANGKAT KERAS

Pengujian produk merupakan syarat ketika suatu produk menjadi produk
jadi. Produk jadi mengalami pengujian untuk mengetahui kelebihan dan
keurangan suatu produk. Pengujian produk sangat penting karena hal tersebut
berkaitan dengan perlindungan konsumen. Berikut penjelasan mengenai
pengujian produk dan perlindungan konsumen dalam produk perangkat
keras!



A. Pengujian Produk
Pengujian produk merupakan bagian dari aspek pengembangan
produk. Pengujian produk juga dapat berfungsi sebagai alat untuk
mengetahui kelayakan produk di mata konsumen.
Pengujian produk dilakukan karena produsen ingin mengetahui nilai
dan daya guna barang tersebut sebelum dilempar ke pasaran. Pengujian
produk adalah strategi untuk meningkatkan aspek perlindungan
konsumen. Pengujian produk merupakan tonggak awal datangnya era
konsumsi modern.
Pengujian produk dapat dilakukan oleh pembuat produk yang bekerja
sama dengan peneliti independen atau peneliti yang ditunjuk oleh
pemerintah. Pengujian produk memakai dasar metode pengujian ilmiah.
Namun, terdapat pula beberapa pihak yang melakukan pengujian produk
dengan metode ciptaannya sendiri demi memenuhi kriteria-kriteria
tertentu. Dalam tes perbandingan, dua atau lebih sampel produk vang
sama dijadikan objek eksperimen dalam suatu kondisi yang sama.

1. Tujuan Pengujian Produk
Pengujian produk dilakukan untuk memenuhi tujuan-tujuan
tertentu, seperti:
a Memastikan bahwa persyaratan spesifikasi, regulasi, dan kontrak
   produk dapat terpenuhi.
b Memutuskan apakah produk tersebut sudah berjalan di jalur yang 
   semestinya.
c. Alat demonstrasi produk.
d Menetapkan kesesuaian produk terhadap penggunaan akhir.
e. Menyediakan dasar komunikasi teknis suatu produk.
f. Menyediakan informasi perbandingan dengan produk-produk lain.
g. Upaya menciptakan produk yang bias dipertanggungjawabkan
    secara hukum.
h. Membantu pemecahan masalah terhadap kendala produk
i. Menentukan potensi penghematan dalam produksi suatu produk

2. Keuntungan dan Kerugian Pengujian Produk
Pengujian produk sering kali dikritisi karena pengujian produk
dirasa gagal dalam memperbaiki kegagalan produk lama. Pihak
manajemen dirasa bertanggung jawab karena mereka melakukan
pengujian produk dengan cara-cara yang kaku dan tidak sesuai dengan
perkembangan zaman. Banyak yang menganggap manajemen penguji
produk justru akan merugikan suatu produk, alih-alih menyukseskan
suatu produk. Alasan lain atas kritik terhadap pengujian produk adalah
bahwa pengujian produk hanya mengurusi masalah-masalah yang
kurang penting atas suatu produk.
Namun, tak dapat dipungkiri bahwa pengujian produk dapat
membawa keuntungan, baik bagi produk itu sendiri ataupun bag
konsumen. Berikut keuntungan dan kerugian pengujian produk.

a. Keuntungan Pengujian Produk
Berikut adalah keuntungan dalam pengujian produk
1) Menjajal Strategi Pemasaran
Jika produsen produk perangkat keras hanya menjual satu
produk saja, misalnya produksi keyboard, maka perusahaan
tersebut akan mengalami masalah dalam aspek pemasaran,
karena setiap perawat memiliki standard dan selera sendiri
dalam memilih merek keyboard yang mereka kira cocok
digunakan. Dengan adanya pengujian produk, kita bisa
mengetahui strategi pemasaran mana yang bisa diterapkan.
Dengan adanya pengujian produk, produsen produk perangkat
keras bisa membuang fitur-fitur yang tidak diutuhkan oleh
konsumen, yang dalam hal ini adalah masyarakat umum,
sehingga produsen produk perangkat keras bisa menghemat
biaya produksi. Selain itu, produsen produk perangkat keras
mengetahui konsumen jenis apa yang bisa dijadikan sasaran
penjualan.
2) Memberikan Informasi mengenai Produk
Dengan melakukan pengujian produk, perusahaan produsen
perangkat keras akan mendapatkan masukan dari para
konsumen mengenai produk yang akan diluncurkan. Mengapa
demikian? Karena konsumen dan penguji adalah pihak yang
paling mengetahui performa dari perangkat keras tersebut.
3) Sebagai Upaya untuk Mengatur Strategi Merek
Konsumen membeli produk perangkat keras karena
produsen tersebut memiliki merek yang terkenal atau memiliki
reputasi dalam aspek keamanan dan performa produk. Dengan
melakukan pengujian produk, perusahaan bisa mengetahui
persepsi konsumen mengenai produk perangkat keras dalam
kaitannya dengan keamanan dan performanya.
4) Membantu Produsen Mencermati Kesalahan
Perusahaan tidak akan pernah tahu cacat apa yang ada di
dalam suatu produk sampai produk tersebut dipegang oleh para
konsumen dan penguji. Dengan adanya pengujian produk,
produsen produk perangkat keras bisa mengerti cacat apa saja
yang menyebabkan terjadinya pengembalian barang atau
penggunaan garansi produk.

b. Kerugian Pengujian Produk
Berikut adalah risiko dan potensi kerugian dalam melakukan
pengujian produk.
1) Pengujian Produk Cenderung dapat Membuat Perusahaan
Membayar Biaya Ekstra
Pengujian produk selalu memberikan risiko bagi suatu
perusahaan. Risiko-risiko dalam proses pengujian produk
biasanya berupa sampel, ukuran sampel yang tak sesuai,
kesalahan pengukuran, dan kesalahan dalam mendeskripsikan
produk yang diuji kepada konsumen. Tapi, potensi kesalahan-
kesalahan yang timbul akan dapat diatasi oleh metode analisis
yang tepat. Masalah yang lebih besar akan timbul jika pengujian
produk bersinggungan dengan tujuan bisnis perusahaan. Sebagai
contoh, pengujian produk yang memakan waktu sangat lama
akan menurunkan tingkat permintaan suatu produk, sehingga
perusahaan akan merugi akibat turunnya permintaan atas produk
tersebut.

2) Permasalahan-permasalahan dalam penerapan pengujian produk
Banyak pihak yang khawatir akan permasalahan-permasalahan
yang timbul dalam penerapan pengujian produk. Permasalahan-
permasalahan yang dapat timbul dalam pengujian produk antara
lain:
a) Menguji Produk yang Salah
Maksudnya adalah para penguji produk melakukan
pengujian pada aspek yang salah dalam suatu produk (hanya
fisiknya saja, padahal nilai produk yang sesungguhnya bukan
berasal dari aspek fisik).
b) Melakukan perbandingan dengan produk yang salah
Melakukan pengujian dengan pesaing bisnis yang lebih
lemah.
c) Menanyai pihak yang salah
Melakukan wawancara yang tidak mengetahui seluk-
beluk atas produk tersebut.
d) Melakukan pengujian pada lingkungan pasar yang berbeda
dari lingkungan pasar asli produk tersebut.
e) Melakukan pengujian kepada segmen konsumen yang tidak
sesuai dengan produk
t) Melakukan pengujian dengan penerapan harga yang keliru.

3. Pihak-Pihak yang Berperan dalam Pengujian Produk Perangkat
Keras
Berikut adalah pihak-pihak yang berperan dalam pengujian produk.
a. Pemerintah
Peran umum yang dilakukan pemerintah dalam pengujian
adalah menetapkan hukum yang menyatakan kewajian produsen
untuk menjelaskan dan menjamin keamanan produknya.
Sehubungan dengan perangkat keras, pemerintah mengatur
standardisasi perangkat keras dalam Peraturan Pemerintah Nomor
82 tahun 2012 tentang "Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi
Elektronik"
b. Perusahaan
Peran perusahaan dalam pengujian produk adalah menyediakan
produk dan layanan yang sesuai dengan standar perusahaan.
Biasanya, standar yang diterapkan adalah standar fakultatif
(artinya, perusahaan tersebut menetapkan aturan untuk dirinya
sendiri), dan standar wajib (dikeluarkan pemerintah).
Dalam kaitannya dengan perangkat keras, pengujian produk
harus dilakukan sesuai dengan ISO 27001. ISO/IEC 27001, atau
lengkapnya "ISO/IEC 27001:2005
Security techniques -- Information security management systems -
- Requirements", adalah suatu standar sistem manajemen keamanan
informasi (ISMS, information security management system) yang
diterbitkan oleh ISO dan IEC pada Oktober 2005. Standar yang
berasal dari BS 7799-2 ini ditujukan untuk digunakan bersama
Information technology
dengan ISO/IEC 27002, yang memberikan daftar tujuan
pengendalian keamanan dan merekomendasikan suatu rangkaian
spesifik
Organisasi
pengendalian
mengimplementasikan ISMS sesuai dengan pedoman praktik
terbaik pada ISO/IEC 27002 kemungkinan juga akan memenuhi
persyaratan pada ISO/IEC 27001 walaupun sertifikasinya tetap
opsional dan terlepas satu sama lain, kecuali jika diminta oleh para
pemangku kepentingan organisasi.
keamanan

4. Konsep Benchmarking pada Pengujian Perangkat Keras
Benchmark atau benchmarking merupakan tindakan pengujian
sebuah komputer dengan cara menjalankan beberapa program,
kumpulan program, atau operasi lain yang bertujuan untuk mengetahui
performansi dari komputer tersebut. Biasanya diasosiasikan dengan
mengevaluasi karakteristik performansi dari hardware komputer,
seperti operasi floating point CPU. Benchmark menyediakan metode
perbandingan performansi dari berbagai subsistem lintas arsitektur
chip/sistem.
Benchmarking bukan hanya diterapkan ke dalam pengujian
hardware semata. Benchmarking dapat diterapkan di dalam setiap lini
usaha. Secara umum, proses benchmarking biasanya terdiri dari enam
langkah, yaitu:
a. Menentukan Apa yang akan Di-benchmark
Hampir segala hal dapat di-benchmark: suatu proses lama yang
memerlukan perbaikan; suatu permasalahan yang memerlukan
solusi; suatu perancangan proses baru; suatu proses yang upaya-
upaya perbaikannya selama ini belum berhasil. Perlu dibentuk suatu
Tim Peningkatan Mutu yang akan menyelidiki proses dan
permasalahannya. Tim ini akan mendefinisikan proses yang
menjadi target, batas-batasnya, operasi-operasi yang dicakup dan
urutannya, dan masukan (input) serta keluarannya (output).

b. Menentukan Apa yang alkan Diukur
Ukuran atau standar yang dipilih untuk dilakukan benchmark-
nya harus yang paling kritis dan besar kontribusinya terhadap
perbaikan dan peningkatan mutu. Tim yang bertugas me-review
elemen-elemen dalam proses dalam suatu bagan alir dan melakukan
diskusi tentang ukuran dan standar yang menjadi fokus. Contoh-
contoh ukuran adalah misalnya durasi waktu penyelesaian, waktu
penyelesaian untuk setiap elemen kerja, waktu untuk setiap titik
pengambilan keputusan, variasi-variasi waktu, jumlah aliran balik
atau pengulangan, dan kemungkinan-kemungkinan terjadinya
kesalahan pada setiap elemennya. Jika memang ada pihak lain
(internal dan eksternal) yang berkepentingan terhadap proses ini
maka tuntutan atau kebutuhan (requirements) mereka harus
dimasukkan atau diakomodasikan dalam tahap ini.
Tim yang bertugas dapat pula melakukan wawancara dengan
pihak yang berkepentingan terhadap proses tersebut (dapat pula
dipandang sebagai pelanggan) tentang tuntutan dan kebutuhan
mereka dan menghubungkan atau mengaitkan tuntutan tersebut
kepada ukuran dan standar kinerja proses. Tim kemudian
menentukan ukuran-ukuran atau standar yang paling kritis yang
akan secara signifikan meningkatkan mutu proses dan hasilnya.
Juga dipilih informasi seperti apa yang diperlukan dalam proses
benchmarking ini dari organisasi lain yang menjadi tujuan
benchmarking

c. Menentukan kepada Siapa akan Dilakukan Benchmark
Tim Peningkatan Mutu menentukan organisasi yang akan
menjadi tujuan benchmarking ini.
organisasi lain yang dipandang mempunyai reputasi baik bahkan
terbaik dalam kategori ini.
Pertimbangan memilih

d. Pengumpulan Data/Kunjungan
Tim Peningkatan Mutu mengumpulkan data tentang ukuran dan
yang telah dipilih terhadap organisasi yang akan di-benchmark.
Pencarian informasi ini dapat dimulai dengan yang telah
dipublikasikan, misalkan hasil-hasil studi, survei pasar, survei
pelanggan, jurnal, majalah dan lain-lain. Barangkali juga ada
lembaga yang menyediakan bank data tentang benchmarking untuk
beberapa aspek dan kategori tertentu. Tim dapat juga merancang
dan mengirimkan kuesioner kepada lembaga yang akan di-
benchmark, baik itu merupakan satu-satunya cara mendapatkan
data dan informasi atau sebagai pendahuluan sebelum nantinya
dilakukan kunjungan langsung.
Pada saat kunjungan langsung (site visit), tim benchmarking
mengamati proses yang menggunakan ukuran dan standar yang
berkaitan dengan data internal yang telah diidentifikasi dan
dikumpulkan sebelumnya. Tentu akan lebih baik jika ada beberapa
objek atau proses yang dikunjungi sehingga informasi yang didapat
akan lebih lengkap. Asumsi yang perlu diketahui adalah bahwa
organisasi atau lembaga yang dikunjungi mempunyai keinginan
yang sama untuk mendapatkan informasi yang sejenis dari lembaga
yang mengunjunginya, yaitu adanya keinginan timbal balik untuk
saling mem-benchmark
Para pelaku benchmarking telah dapat menyimpulkan bahwa
kunjungan langsung kepada organisasi dengan praktik terbaik dapat
menghasilkan pandangan dan pemahaman yang jauh lebih dalam
dibandingkan dengan cara-cara pengumpulan data manapun.
Kunjungan ini memungkinkan kita untuk secara langsung
berhubungan dengan "pemilik proses" yaitu orang-orang yang
benar-benar menjalankan atau mengelola proses tersebut.

e. Analisis Data
Tim Peningkatan Mutu kemudian membandingkan data yang
diperoleh dari proses yang di-benchmark dengan data proses yang
dimiliki (internal) untuk menentukan adanya kesenjangan (gap) di
antara mereka. Tentu juga perlu membandingkan situasi kualitatif
misalnya tentang sistem, prosedur, organisasi, dan sikap. Tim
mengindentifikasi mengapa terjadi kesenjangan (perbedaan) dan
apa saja yang dapat dipelajari dari situasi ini. Satu hal yang sangat
penting adalah menghindari sikap penolakan; jika memang ada
perbedaan yang nyata maka kenyataan itu harus dapat diterima dan
kemudian disadari bahwa harus ada hal-hal yang diperbaiki.

f. Merumuskan Tujuan dan Rencana Tindakan
Tim Peningkatan Mutu menentukan target perbaikan terhadap
proses. Target-target ini harus dapat dicapai dan realistis dalam
pengertian waktu, sumber daya, dan kemampuan yang ada saat ini;
juga sebaiknya terukur, spesifik, dan didukung oleh manajemen dan
orang-orang yang bekerja dalam proses tersebut. Kemudian, tim
dapat diperluas dengan melibatkan multidisiplin yang akan

memecahkan persoalan dan mengembangkan suatu rencana untuk
memantapkan tindakan spesifik yang akan diambil, tahapan-
tahapan waktunya, dan siapa saja yang harus bertanggung jawab.
Hasil ini akan diserahkan kepada para pelaksana penjaminan
t(executive) untuk kemudian memantau kemajuan dan
mengidentifikasi persoalan-persoalan yang timbul. Ukuran dan
standar dievaluasi secara bertahap, barangkali diperlukan
penyesuaian-penyesuaian terhadap rencana untuk dapat mengatasi
halangan dan persoalan yang muncul. Juga para pelaksana
memerlukan umpan balik dari mereka yang berkepentingan
terhadap proses dan hasilnya (stakeholders).
Resenjangan standar mungkin saja tidak dapat dihilangkan
karena target organisasi terus saja berkembang dan memperbaiki
diri. Yang lebih penting dari semata-mata mengejar kesenjangan
adalah menjadikan benchmarking sebagai suatu kebiasaan, yang
akan mendorong untuk terus memperbaiki diri. Jika perlu bahkan
dapat dibuat atau dibentuk suatu departemen atau divisi tersendiri
yang bertanggung jawab melaksanakan benchmarking secara terus-
menerus (berkelanjutan).

5. Pengujian Ketahanan dalam Perangkat Keras
Ketahanan
produk adalah kemampuan suatu produk untuk
melakukan kegiatan seperti yang diinginkan oleh konsumen tanpa
kegagalan dan sesuai dengan batas performa suatu produk. Agar suatu
produk bisa mendapatkan ketahanan produk, perusahaan harus
melakukan pengujian berupa serangkaian tugas. Tugas-tugas yang
diberikan akan berpengaruh pada ketahanan produk perangkat keras.
Pengujian tersebut dapat berupa pengunian pemilihan material,
struktur geometri, toleransi desain, proses manufaktur, teknik
perakitan, pengiriman dan penanganan dalam pengiriman, kondisi
operasional dan petunjuk perawatan. Berikut adalah hal-hal yang
berkiatan dengan pengujian ketahanan produk.

a. Pengujian atas Persyaratan dan Batasan Produk
Pengujian tersebut dimulai dari identifikasi serangkaian syarat
dan batasan produk yang ditentukan dari aktivitas pasar atau
subsistem-subsistem mana yang cocok dengan produk tersebut
Setelah itu, hasil dari pengujian persyaratan dan batasan produk
akan dibuat menjadi dokumen. Dokumen tersebut harus disahkan
oleh beberapa pihak yang berwenang, mulai dari ahli rekayasa,
manajemen, sampai konsumen. Setelah disahkan, maka pihak
pembuat perangkat keras akan membuat serangkaian deskripsi
mengenai spesifikasi produk yang dirasa sesuai dengan dokumen
persyaratan dan batasan yang telah disahkan. Langkah selanjutnya
adalah mempertemukan antara dokumen persyaratan dan batasan
dengan dokumen spesifikasi yang diajukan oleh pihak pembuat
perangkat keras. Modifikasi dokumen persyaratan dan batasan akan
dilakukan apabila terdapat isi dari dokumen tersebut yang tidak
dapat diimplementasikan pada produk perangkat keras yang dibuat.
Setelah adanya kesepakatan antara pihak penguji dengan pembuat
perangkat keras, maka pihak pembuat perangkat keras boleh lanjut ke
tahap desain terakhir.

b. Deskripsi Material, Komponen, dan Proses Manufaktur
Desain hardware harus dilakukan berdasarkan pemilihan
komponen, material, dan proses manufaktur yang sesuai dengan
dokumen persyaratan dan batasan yang telah disetujui sebelumnya.
Setiap material, komponen, dan proses harus dinilai dan diuji
sebelum dimasukkan ke dalam proses produksi.

c. Pengujian Performa
Tujuan pengujian performa adalah untuk mengevaluasi
kemampuan komponen-komponen perangkat keras agar dapat
memenuhi syarat fungsional, mekanis, dan elektronik yang telah
ditetapkan pada dokumen persyaratan dan batasan. Untuk
meningkatkan performa produk, pihak pembuat perangkat keras
sering kali menggunakan fitur-fitur yang dapat mengurangi daya
tahan produk tersebut. Mengapa demikian? Karena dengan
menambahkan fitur pada perangkat keras juga dapat menambah
kerumitan produk yang nantinya akan berpengaruh pada daya tahan
produk dan harga produk.

d. Penilaian Ketahanan
Penilaian ketahanan dapat memberikan informasi mengenai
kemampuan komponen perangkat keras dalam memenuhi
persyaratan performa yang telah ditentukan. Penilaian ketahanan
dilakukan dengan menggunakan data tes integritas, hasil kualifikasi
virtual atau hasil tes akselerasi. Proses penilaian ketahanan produk
ditunjukkan pada bagan di bawah ini.
Ketahanan produk tidak berkaitan dengan nasib baik
penggunanya, namun lebih kepada konsekuensi rasional atas usaha
yang dilakukan oleh pembuat perangkat keras pada tahap desain,
pengembangan, dan manufaktur. Produk yang memiliki ketahanan
tinggi dapat diperoleh dari desain yang kuat dan tingkat toleransi
komponen yang tinggi. Pemahaman kuantitatif dan kemampuan
untuk memetakan kegagalan mekanisme dalam pengujian produk
dapat menjadi alat bagi pembuat produk perangkat keras untuk
membuat desain, proses, dan spesifikasi komponen yang efektif

B. Standardisasi dalam Kaitannya dengan Pengujian Perangkat Keras
1. Pengertian Standardisasi
Standardisasi merupakan penentuan ukuran yang harus diikuti
dalam memproduksi sesuatu. Standardisasi juga merupakan proses
pembentukan standar teknis, yang bisa menjadi standar spesifikasi,
standar cara uji, standar definisi, prosedur standar (atau praktik), dan
lain-lain
Istilah standardisasi berasal dari kata standar yang berarti satuan
ukuran yang dipergunakan sebagai dasar pembanding kuantitatif,
kualitatif, nilai, dan hasil karya yang ada. Dalam arti yang lebih luas
maka standar meliputi spesifikasi baik produk, bahan, maupun proses.
Suatu produk tidak boleh tidak standar, namun harus atau sedapat
mungkin diikuti agar kegiatan maupun hasilnya boleh dikatakan dapat
diterima umum oleh penggunaan standee atau ukuran ini adalah hasil
kerja sama pihak-pihak yang berkepentingan dalam industri di mana
perusahaan itu berada. Misalnya, jika seluruh dunia memproduksi
keran dan pipa air dalam bentuk dan ukuran yang berbeda-beda, maka
tidaklah mungkin berbagai pipa saling bersambung karena masing-
masing pipa tidak serasi dengan pipa lainnya, untuk itu diperlukan
adaptor. Bilamana setiap produsen pipa dan keran air boleh
memproduksi pipa semaunya tanpa memerhatikan ukuran pipa
produsen lain, maka hasilnya terjadi kekacauan.
Standardisasi diimplementasikan ketika perusahaan mengeluarkan
produk baru ke pasar. Dengan menggunakan standardisasi, kelompok
dapat dengan mudah berkomunikasi melalui pedoman yang ditetapkan
dalam rangka untuk menjaga fokus. Metode ini dibuat untuk
memfasilitasi proses dan tugas, inilah mengapa interlocks dengan lean
manufacturing. Terdapat empat teknik yang berbeda untuk standardisasi,
yaitu penyederhanaan atau variasi kontrol, kodifikasi, nilai rekayasa,
dan statistik proses kontrol.

2. Proses Standardisasi
Proses standardisasi meliputi proses perencanaan kegiatan dan
fungsi untuk mempersiapkan seperangkat rencana dan instruksi untuk
menghasilkan bagian-bagian dalam sebuah produk. Perencanaan
dimulai dengan gambar teknik, spesifikasi, bagian atau daftar bahan,
dan ramalan permintaan. Berikut hasil dari perencanaan tersebut.

a. Rute produksi adalah rute yang menetapkan operasi, operasi urutan,
pusat-pusat kerja, standar, dan perkakas. Rute ini yang menjadi
masukan utama untuk sistem manufaktur perencanaan sumber daya
untuk mendefinisikan operasi untuk tujuan pengendalian produksi
aktivitas dan menentukan sumber daya yang diperlukan untuk
persyaratan kapasitas perencanaan tujuan.

b. Proses rencana yang biasanya menyediakan lebih rinci, instruksi
kerja langkah demi langkah termasuk dimensi yang terkait dengan
operasi individu, parameter pemesinan, setup instruksi, dan
pemeriksaan jaminan kualitas.

c. Fabrikasi dan perakitan untuk mendukung pembuatan gambar
(sebagai lawan dari gambar teknik untuk menentukan bagian)
Gambar 3.14 Perakitan laptop
Sumber: vosizmeias.com
Perencanaan proses manual didasarkan pada pengalaman seorang
insinyur manufaktur dan pengetahuan tentang sarana produksi, peralatan,
kemampuan mereka, proses, dan perkakas. Proses perencanaan sangat
memakan waktu dan hasil bervariasi berdasarkan orang yang
melakukan perencanaan.

3. Standardisasi dalam Produk Perangkat Keras
Standardisasi produk perangkat keras dan lunak diatur dalam
dokumen bernama IT Hardware and Software Standrads dan ISO.

a. IT Hardware and Software Standards
IT Hardware and Software Standards adalah
dokumen yang
berisi tentang spesifikasi apa saja yang wajib ada pada suatu produk
perangkat keras dan lunak. Standardisasi tersebut berguna untuk
memastikan ketahanan dan efisiensi perangkat keras dan lunak

b. ISO
Dalam hubungannya dengan perangkat keras, perusahaan-
perusahaan perangkat keras harus bisa memenuhi spesifikasi
perangkat keras sesuai dengan ISO 9001.
ISO 9001 adalah keluarga dari sistem standar manajemen mutu
yang dirancang untuk membantu organisasi dalam memastikan
bahwa organisasi dapat memenuhi kebutuhan pelanggan dan stake
holder-nya serta dapat memenuhi persyaratan perundangan,
hukum, dan peraturan yang terkait dengan produk atau jasanya. ISO
9001 berkaitan erat dengan dasar dasar dari sistem manajemen
mutu.
Badan sertifikasi adalah pihak ketiga yang memberikan
konfirmasi secara independen yang menyatakan bahwa organisasi
sudah memenuhi persyaratan ISO 9001. Ada Lebih dari satu juta
perusahaan atau organisasi di seluruh dunia yang telah disertifikasi
dan menjadikan ISO 9001 salah satu alat manajemen yang paling
banyak digunakan di dunia saat ini.
ISO 9001: 2015 adalah standard dokumen (standard
persyaratan) yang mencantumkan persyaratan yang harus
dijalankan oleh organisasi dan harus dijaga implementasinya. Ada
beberapa dokumen standard yang berbeda dalam family ISO 9000,
tapi hanya ISO 9001-2015 yang bisa disertifikasi. ISO 9001: 2015
adalah standar terbaru dari Sistem Manajemen Mutu ini, dan pada
2015 adalah tahun revisi terbaru dari sistem Manajemen Mutu pada
ISO 9001
Sertifikasi ISO 9001: 2015 adalah suatu standar internasional
untuk Sertifikasi Sistem Manajemen mutu atau sertifikasi sistem
manajemen Kualitas, sertifikasi ISO 9001: 2015 menetapkan
persyaratan-persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan
penilaian dari suatu sertifikasi Sistem Manajemen Kualitas, yang
bertujuan untuk menjamin bahwa organisasi akan memberikan
produk (barang dan atau jasa) yang memenuhi persyaratan yang
ditetapkan oleh badan standar dunia ( ISO).
Bila sudah lulus audit dan meraih sertifikasi ISO 9001:2015
berarti organisasi atau perusahaan tersebut telah memenuhi
Persyaratan-persyaratan yang ditetapkan. Hal ini dapat memenuhi
kebutuhan spesifik dari pelanggan, di mana organisasi yang
dikontrak itu bertanggung jawab untuk menjamin kualitas dari
produk-produk tertentu, atau merupakan kebutuhan dari pasar
tertentu, sebagaimana ditentukan oleh organisasi.
Sertifikasi ISO 9001: 2015 bukan merupakan standar produk,
karena tidak menyatakan persyaratan-persyaratan yang harus
dipenuhi oleh produk (barang dan/atau jasa). Tidak ada kriteria
penerimaan produk dalam Klausul Sertifikasi ISO 9001:2015,
sehingga kita tidak dapat menginspeksi suatu produk terhadap
standar-standar produk.
Sertifikasi ISO 9001:2015 hanya merupakan standar sertifikasi
Sistem Manajemen mutu atau sertifikasi sistem manajemen
kualitas. Dengan demikian apabila ada perusahaan yang
mengiklankan bahwa produknya telah memenuhi standar
internasional, merupakan hal yang salah dan keliru, sebab
manajemen perusahaan hanya boleh menyatakan bahwa sertifikasi
Sistem Manajemen kualitasnya yang telah memenuhi standar
internasional, bukan produknya yang berstandar internasional,
karena tidak ada kriteria pengujian produk dalam Sertifikasi ISO
9001:2015. Bagaimanapun diharapkan bahwa produk yang
dihasilkan dari suatu sertifikasi Sistem Manajemen Kualitas
Internasional akan berkualitas baik (standar) juga memenuhi
harapan pelanggan. Persyaratan-persyaratan dan rekomendasi
dalam ISO 9001 diterapkan pada manajemen organisasi yang
memasok produk, sehingga akan memengaruhi bagaimana produk
itu didesain, diproduksi, dirakit, ditawarkan, dan lain-lain.

1) Beberapa Prinsip Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu
Berdasarkan Sertifikasi ISO 9001:2015
Sertifikasi Sistem Manajemen Kualitas Mutu atau sertifikasi
sistem manajemen kualitas internasional berdasarkan Sertifikasi
ISO 9001:2015 lahir berlandaskan delapan prinsip sertifikasi
sistem manajemen mutu atau sertifikasi sistem manajemen
kualitas. Di mana prinsip-prinsip ini dapat digunakan olen
manajemen senior sebagai suatu kerangka kerja (framework)
yang membimbing organisasi menuju peningkatan kinerja.
Prinsip-prinsip ini diturunkan dari pengalaman kolektif dan
pengetahuan dari ahli-ahli internasional yang berpartisipasi
dalam komite teknik ISO/TC 176, yang bertanggung jawab
untuk mengembangkan dan mempertahankan standar-standar
Sertifikasi ISO 9001:2015.

2) Lima Bagian Utama yang Menjabarkan Sistem Manajemen
Organisasi Sebagaimana Diatur dalam Sertifikasi ISO
9001:2015
Sertifikasi ISO 9001:2015 juga menjabarkan bagaimana
seharusnya sebuah sistem manajemen organisasi
memenuhi standar Sertifikasi ISO 9001:2015, yaitu:
a) Sistem Manajemen Kualitas
b) Tanggung Jawab Manajemen
c) Manajemen Sumber Daya
yang
d) Realisasi Produk
e) Pengukuran, Analisis, dan Peningkatan

C. Pengendalian Mutu
Pengendalian Mutu atau Quality control, adalah proses penilaian dan
pengawasan kualitas atas hal-hal yang berkaitan dengan produksi. ISO
9000 mendefinisikan pengendalian mutu sebagai "Bagian dari manajemen
kualitas yang berfokus pada pemenuhan standar kualitas suatu produk."
Pendekatan pengendalian mutu ditekankan pada aspek aspek berikut.
1. Elemen-elemen produksi seperti pengendalian, manajemen pekerjaan,
proses produksi, performa pekerjaan, dan kriteria integritas
2. Kompetensi produksi, mislanya pengetahuan, keahlian, pengalaman
dan kualifikasi pekerjaan
3. Elemen lunak, seperti pegawai, integritas, kebiasaan di dalam
perusahaan, motivasi, semangat tim, dan hubungan kualitas
4. Pengendalian produksi, meliputi inspeksi visual. Inspeksi visual
dilakukan oleh pihak pengendali mutu. Setelah diinspeksi, pengendali
mutu akan membuat daftar dan deskripsi mengenai kecacatan produk,
seperti retak dan goresan. Daftar tersebut lalu digunakan sebagai
contoh produk yang tak lolos kualifikasi mutu.

1. Tujuan Pengendalian Mutu
Penekanan pada pengendalian mutu terletak pada pengujian produk
untuk mendapatkan produk yang cacat. Dalam pemilihan produk yang
akan diuji, biasanya dilakukan pemilihan produk secara acak
(menggunakan teknik sampling). Setelah menguji produk yang cacat,
hal tersebut akan dilaporkan kepada manajemen pembuat keputusan
apakah produk dapat dirilis atau ditolak. Hal ini dilakukan guna
menjamin kualitas dan merupakan upaya untuk meningkatkan dan
menstabilkan proses produksi (dan proses-proses lainnya yang terkait)
untuk menghindari atau setidaknya meminimalkan isu-isu yang
mengarah kepada kecacatan-kecacatan di tempat pertama, yaitu
pabrik.

2. Pendekatan dalam Pengendalian Mutu
Di bawah ini merupakan pendekatan pendekatan dalam
pengendalian mutu yang banyak digunakan di berbagai perusahaan.

3. Pengendalian Mutu pada Produk Hardware
Perangkat masih menjadi hal yang penting walaupun dunia ini
sedang dikuasai oleh perangkat lunak. Maka dari itu, perusahaan harus
selalu melakukan pengendalian mutu terhadap perangkat keras di
dalam lingkungan virtual untuk menghindari penghentian sementara
(outage)
Dalam rekayasa dan manufaktur, pengendalian mutu atau
pengendalian kualitas melibatkan pengembangan sistem untuk
memastikan bahwa produk dan jasa dirancang dan diproduksi untuk
memenuhi atau melampaui persyaratan dari pelanggan. Sistem-sistem
ini sering dikembangkan bersama dengan disiplin bisnis atau rekayasa
lainnya dengan menggunakan pendekatan lintas fungsional. ISO 9000
dan TQM (Total Quality Management) adalah contoh standar dan
pendekatan yang digunakan untuk pengendalian mutu. Beberapa
teknik telah dikembangkan untuk memelihara pengendalian mutu, di
antaranya adalah pemeriksaan total, mengecek noda, pengendalian
mutu secara statis, dan nol cacat. Sebagai teknik pengendalian mutu,
pemeriksaan total melibatkan kelengkapan dan pemeriksaan total
pekerjaan yang diproduksi oleh masing-masing karyawan untuk
menentukannya atau tidaknya standar mutu minimum telah dicapai.
Jika bukan, ukuran mengoreksi barangkali akan diambil. Pemeriksaan
total diinginkan untuk tertentu jenis pekerjaan ketatausahaan. Seperti
contoh yang umum pemeriksaan total adalah koreksi cetakan pekerjaan
diketik. Lain contoh pekerjaan ketatausahaan yang sering menerima
total pemeriksaan adalah verifikasi kalkulasi seperti ilmu hitung
penting dan hasil menyusun data statistik. Oleh karena itu, sifat alami
beberapa bentuk pekerjaan ketatausahaan, pemeriksaan total mungkin
tidak perlu.
Keberhasilan pengendaliam mutu dapat diukur dari indikator-
indikator sebagai berikut.

a. Relevansi, yakni hubungan kegiatan perusahaan dan produk yang
dihasilkannya dengan kebutuhan masyarakat pengguna yang
menjadi target kegiatan.
b. Efisiensi, yakni kehematan penggunaan sumber daya dana, tenaga,
waktu, untuk produksi dan penyajian produk perangkat keras yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat pengguna.
c. Efektivitas, yakni kesesuaian perencanaan dengan hasil yang
dicapai, atau ketepatan sistem, metode, dan prosedur yang
digunakan untuk menghasilkan produk yang direncanakan. dapat
d. Akuntabilitas,
yakni tidaknya kinerja tersebut dipertanggungjawabkan.
e. Kreativitas, yakni kemampuan mengadakan inovasi, pembaharuan,
atau menciptakan sesuatu yang sesuai dengan perkembangan
zaman, termasuk kemampuan evaluasi diri.
f. Empati, yakni kemampuan perusahaan memberikan pelayanan
sepenuh dan setulus hati kepada semua khalayak sasaran.
g. Ketanggapan, yakni kemampuan perusahaan memerhatikan dan
memberikan respons terhadap keadaan serta kebutuhan masyarakat
pengguna dengan cepat dan tepat.
h. Produktivitas, yakni kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
produk persangkat keras yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
pengguna.

33 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Apakah dibloger tidak bisa menyelipkan beberapa gambar untuk mempermudah si pembaca...?

      Hapus